Bab 13: Suka Mengenakan Topi Hijau

(Memakai topi hijau = idiom yang artinya pasangan mu selingkuh)

 

Zhao Zun bersandar erat di jendela. Di telinganya, terdengar suara tawa lembut yang nyaris tak terdengar. Hatinya gelisah dan tidak tenang namun perlahan tenang. Pikirannya merenungkan kata-kata yang baru saja dikatakan orang itu.

Pada saat ini, seorang pengawal kekaisaran tiba dan membungkuk untuk menggumamkan beberapa kata ke telinga sang Pangeran.

Pangeran pertama memindahkan pandangannya, mengerutkan alisnya, lalu berdiri. Dia menghadapi Zhao Zun dan menggabungkan tangannya untuk memberi hormat.

“Tuan Zhao adalah pendatang baru dan orang asing di tempat baru. Jika ada sesuatu yang kau butuhkan, tolong datang ke kediaman pangeran dan cari aku. Benwang mengundang Tuan Zhao untuk datang ke rumah itu untuk mengobrol suatu hari nanti.”

“Jika Yang Mulia sibuk, maka saya tidak akan menunda Yang Mulia lagi. Terima kasih banyak untuk menghiburku hari ini.”

Zhao Zun berdiri dan meletakkan tangannya di pinggang Mu Dan. Matanya tampak kabur, menyembunyikan mabuknya.

“Mu Dan, gantikan aku dalam menghibur Tuan Zhao. Jangan mengabaikan tamu terhormat kita.” Pangeran Pertama memberi Mu Dan tatapan yang penuh arti.

Mu Dan tertawa dengan menawan. “Yang Mulia, tenanglah. Mu Dan pasti akan melakukan yang terbaik untuk melayani Tuan Zhao.”

Pangeran pertama merasa puas dan mengangguk. Dia berbalik dan pergi.

Dia menunggu Pangeran pertama untuk melangkah lebih jauh sebelum dengan malu-malu meletakkan kedua tangannya di leher Zhao Zun. Dia sedikit membelah bibirnya yang merah. “Tuan, Mu Dan tidak memperhatikan kekuatan anggur itu. Kepalaku sedikit pusing. Bagaimana jika Tuan yang membantu membawa Mu Dan masuk untuk beristirahat?”

Zhao Zun terkekeh, “Tentu.”

Dia memerintahkan bawahannya untuk pergi. Zhao Zun menyokong Mu Dan sampai ke area yang dipartisi di perut kapal. Begitu pintu ditutup, gelas anggur diletakkan di atas meja. Zhao Zun bangkit untuk menuang secangkir dan meletakkannya di bawah hidungnya untuk mencium bau. Mu Dan sudah berbaring di tempat tidur dan tak sadarkan diri.

Dia membuka jendela dan kebetulan bisa melihat ke kapal di seberangnya. Sosok seseorang yang berdiri di dek perahu terlihat. Orang itu memakai mantel ungu gelap yang terlihat sangat terhormat dan memakai mahkota giok. Penampilannya elegan, dengan kedua tangannya di punggungnya. Ekspresinya sedikit marah. Yang mengherankan, itu adalah Lian Jiye.

Lian Jiye telah mempermalukan dirinya sendiri untuk pergi ke kediaman Menteri tapi ternyata kosong. Tatapan Nyonya tua itu seperti pisau tajam dan membuatnya sangat kesal. Dia bertanya di mana Xiao Wan berada dan kemudian bergegas datang.

Dia berdiri di dek kapal untuk beberapa waktu. Kakinya seperti tunggul dan dia dipenuhi dengan keraguan. Dia merenungkan apa sebenarnya yang harus dia katakan.

Dari waktu ke waktu, suara teriakan indah bisa terdengar. Suara ini tidak mungkin lebih akrab lagi. Lian Jiye mengerutkan kening karena jijik. Di manakah sedikit harga diri anak perempuan dari keluarga bangsawan? Di siang bolong, dia mengabaikan peraturan sosial ini.

“Nona Xiao kesembilan. Pangeran Ketiga telah tiba.” Seorang gadis pelayan dari dalam kapal berseru.

Suasana hati Xiao Wan cukup baik karena dia telah minum beberapa gelas anggur berturut-turut. Sebuah rona merah muncul di permukaan pipinya. Mendengar Pangeran Ketiga, dia menyeringai dan meninggikan suaranya.

“Pangeran Ketiga yang mana? Dia tidak mungkin mencariku kan? Cepat, suruh dia pergi. Bagaimana orang ini bisa jadi tak tahu malu?”

“Ha!” Putri Qing Le mendengus. Dia juga sudah minum cukup banyak. Seluruh tubuhnya berayun dari sisi ke sisi. Dia meraih lengan Xiao Wan. “Kau benar-benar tidak menyukai Pangeran Ketiga lagi? Sudah tidak mudah dia benar-benar mempermalukan dirinya sendiri untuk datang dan mengemis pada mu. Jika kau menyesali apapun sekarang, masih ada waktu untuk berubah pikiran atau kalau tidak kau hanya bisa menderita. “

“Itu benar, Xiao Jiu. Sebaiknya kau memikirkan ini,” Qin Yi juga berbicara dengan memohon.

Xiao Wan melambaikan tangannya, mencibir, “Aku, Xiao Wan, tidak seburuk itu hingga tidak memiliki semangat pemberani. Jika aku mengatakan bahwa aku tidak menyukainya, aku benar-benar tidak menyukainya.”

Lian Jiye menarik kembali langkah yang baru saja diambil kakinya. Wajahnya gelap sampai gelap gulita dan tinjunya digenggam erat. Wanita ini menolak tawaran menyelamatkan-wajah. Dia tidak akan puas dengan beberapa konsesi kecil. Dia menginginkan segalanya darinya.

(wajah di sini maknanya adalah martabat)

“Pergi!” Lian Jiye menoleh dan pergi. Saat dia sadar, akan ada saatnya dia menangis.

“Adik ketiga!” Pangeran Pertama itu tidak berdiri terlalu jauh dengan kedua tangannya bersandar di punggungnya dan bibirnya mengerucut.

Kepala Lian Jiye menjadi mati rasa. Dia menghela napas kesal pada kemalangannya. Bagaimana dia bisa bertemu dengan Pangeran Pertama? Dia tersenyum malu. “Kakak.”

Pangeran Pertama itu melirik ke arah kapal dan melihat Xiao Wan yang sangat marah. Namun, saat memikirkannya, kemarahannya bukan tanpa sebab. Dia seharusnya menjadi istri tapi malah maumenjadi selir. Siapa yang tidak akan marah?

“Sebaiknya kau tidak mengecewakan kakak dan ibu mu. Manfaatkan dengan baik kesempatan ini. Nona Xiao kelima masih berada di tempat ibu.”

Setelah kata-kata Pangeran Pertama jatuh, ekspresi Lian Jiye sedikit berubah. Dia segera berbalik dan, tanpa sedikit pun ragu, membuka tirai dan menerobos masuk ke dalam.

“Ah! Pemerkosa! Siapapun! Kemari cepat! …. ” teriak Xiao Wan.

Wajah Lian Jiye menjadi lebih gelap lagi. Dia menghadapi dua orang lainnya dan berkata, “Nona Qing Le, Qin. Pangeran dan Xiao Jiu ini memiliki kesalahpahaman. Maukah kalian berdua membantu ku?”

Tanpa menunggu kedua orang tersebut menjawab, Xiao Wan menggelengkan kepalanya. “Kesalahpahaman apa? Katakan saja di sini. Pria dan wanita seharusnya tidak langsung berbicara atau bersentuhan. Bahkan jika anda tidak ingin wajah, saya tetap menginginkan reputasi saya. “

“Kau!” Lian Jiye ingin mencekik wanita ini. Dia keterlaluan dan berbicara omong kosong. Dia tidak tahu perbedaan antara baik dan buruk. Dua orang lainnya juga tidak berniat pergi.

Xiao Wan dengan kesal memelototinya. Dia setengah mabuk, setengah sadar. Tatapannya sangat benci, yang membuat Lian Jiye marah.

Lian Jiye menarik napas panjang sebelum meraih lengan Xiao Wan dan melunakkan nada suaranya sampai tingkat tertentu, “Kapal kakakku ada di sebelah kita. Ayo ke sana, dan mengobrol. Ada beberapa hal yang perlu kukatakan padamu secara pribadi.”

Lian Jiye tidak bisa lagi mempermalukan dirinya sendiri. Dia benar-benar membuat ucapan seperti ini di depan banyak orang ini. Dia benar-benar kehilangan semua wajah.

Lian Jiye memiliki sikap ‘jika Xiao Wan tidak ikut, maka aku tidak akan pergi’. Xiao Wan melirik perahu besar di luar. Di bawah pengawasan semua orang, dia tidak akan berani bertindak sembarangan.

Kedua saudari perempuanku* tunggu di sini untukku. Jangan biarkan orang merusak suasana hati kita yang baik. Aku akan pergi sebentar dan segera kembali.”

(Bukan saudara perempuan biologis, orang China yang sudah bersahabat memanggil satu sama lain saudara/kakak/adik/dsb)

 

 

 

 

Xiao Wan benar-benar ingin tahu apa yang akan pria ini katakan.

Lian Jiye mendesah lega. Xiao Wan melotot padanya dan saat ini, dia akhirnya melepaskan lengannya. Dia mengambil langkah-langkah besar untuk ke luar.

Di pantai, Pangeran Pertama sudah berjalan jauh. Ketika Xiao Wan mengikuti Lian Jiye di luar, sepasang mata di bawah jendela menyipit dan membawa sedikit kemarahan. Bibir nya mengerucut erat.

Lian Jiye meminta bawahannya untuk pergi, tanpa satu pun yang tersisa. Xiao Wan berdiri sangat jauh darinya dengan dagunya terangkat. “Cepat katakan! Nona muda ini tidak punya banyak waktu untuk menunggu.”

Lian Jiye terdiam hanya dengan satu kalimat. Ekspresinya berubah sedikit dan dia mengerutkan kening. Dia menjadi semakin sadar bahwa Xiao Wan sangat vulgar dan omongannya penuh dengan kata-kata kotor. Hanya mendengarkannya membuat orang kesal.

Lian Jiye memiliki dugaan yang cukup berani. Perubahan Xiao Wan terlalu mendadak dan berhasil membuatnya lengah, terutama cara dia menatapnya. Tatapannya membawa sedikit ketidak sabaran dan jelas tidak dipalsukan.

“Apakah kau menemukan kekasih baru?” Lian Jiye tidak dapat memikirkan penjelasan lain kecuali yang satu ini.

Xiao Wan bisa melihat melalui pemikirannya dan sudut bibirnya terangkat. “Kita berdua telah membatalkan pernikahan kita. Ke depan kita tidak akan berhubungan satu sama lain. Kenapa saya harus bertanggung jawab pada anda?”

Dia berbicara seperti ini hanya berarti dia punya! Kemarahan Lian Jiye segera menuju ke hatinya dan dia dengan dingin tertawa beberapa kali. “Aku ingin tahu. Tidak heran kau ini tidak sopan! Kau mengandalkan wajah cantikmu. Putra bangsawan mana yang telah kau rayu?”

Tidak peduli apa kata Lian Jiye, Xiao Wan bahkan tidak sedikit pun marah. Dia hanya tersenyum dingin dan tidak merasa ingin berdebat. Karakter Lian Jiye adalah; meskipun kau mengatakannya, dia tidak akan mempercayainya. Tidak perlu menyia-nyiakan nafasnya.

“Mengapa kita berdua tidak membuat kesepakatan? Benwang akan membawa mu masuk sebagai selir samping dan setelah itu, benwang akan menutup mata terhadap apapun yang kau lakukan. Bagaimana dengan itu? “

Lian Jiye sudah memikirkan dan masih tidak mau menyalahkan Xiao Ruo. Dia bisa setuju untuk memberi Xiao Wan posisi selir samping, tapi itu sudah menjadi batas maksimalnya.

Xiao Wan baru saja minum secangkir teh dan tanpa keanggunan apapun, meludahkan semuanya. Dia mencengkeram perutnya saat dia tertawa terbahak-bahak. Dia tertawa terbahak-bahak sampai air matanya keluar. Butuh waktu lama baginya untuk berhenti.

“Pangeran Ketiga suka memakai topi hijau hingga seperti ini? Masih ungkapan itu: meski anda tidak ingin wajah, saya tetap menginginkan reputasi saya. Saya mengatakannya kemarin, saya lebih suka memotong rambut saya dan menjadi seorang biarawati daripada menikahi anda! “

(topi hijau berarti korban selingkuh atau dengan kata lain, suami dari istri yang selingkuh.)

Ekspresi Lian Jiye berubah tiba-tiba dan dia mencengkeram erat tinjunya. “Kau tidak akan mentolerir Ruo hingga seperti ini? Kau tidak mau menjadi selir?”

 

 

 


Penerjemah: Alexitb

Editing : Elli



<SebelumBerikut >